Jumat, 28 Agustus 2009

Capres - Cawapres 2009-2014

Megawati Soekarnoputri

Megawati Sukarnoputri
03/03/2009 09:15

Tempat Tanggal Lahir:
Yogyakarta, 23 Januari 1947

Karier:
Anggota DPR/MPR RI (1987 – 1992)
Anggota DPR/MPR RI (1999)
Wakil Presiden RI (1999 – 2001)
Presiden ke-5 RI (2001 – 2004)
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (1999 – kini)


Megawati adalah anak kedua Soekarno, salah seorang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Ibunya, Fatmawati berasal dari Bengkulu, tempat Sukarno pernah diasingkan pada masa penjajahan Belanda.

Darah politik mengalir deras. Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Namun ia didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada 1996 yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum. Konflik internal terjadi dan berbuntut penyerbuan kantor pusat PDI di Jalan Diponogoro, Jakarta. Puluhan jiwa, ada yang bilang ratusan, menjadi korban dalam kejadian yang dikenal sebagai “Peristiwa 27 Juli 1996” itu.

Ketika Soeharto makzul, karier politik Megawati kembali mencorong. Pada Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan sukses memenangi pemilu legislatif. Partai itu berhasil meraup lebih dari 30 persen suara. Di atas kertas, semestinnya mudah baginya untuk menjadi presiden. Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: sebagian besar wakil rakyat memilih Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia harus puas sebagai wakil presiden.

Dua tahun kemudian, muncul prahara politik. Abdurrahman digoyang. Puncaknya, Megawati menjadi Presiden RI pada 2001 setelah digelarnya Sidang Istimewa MPR untuk menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Megawati dilantik sebagai Presiden pada 23 Juli 2001.

Sejumlah keberhasilan dalam pemerintahannya antara lain menyelesaikan amandemen UUD 1945. Selain itu, juga dianggap berhasil menyeimbangkan kedudukan dan kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dalam bidang ekonomi, Megawati berhasil mengembangkan ekonomi makro antara lain tingkat inflasi rendah, stabilnya cadangan devisa negara, dan menurunnya suku bunga bank.

Dalam masa pemerintahannya, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Tapi, ia mesti menelan kekalahan. Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator Polkam pada masa pemerintahannya, memenangi pemilihan presiden 2004.(YNI/dari berbagai sumber)

Prabowo Subianto

Prabowo Subianto
03/03/2009 09:15

Tempat Tanggal Lahir:
Jakarta, 17 Oktober 1951

Karier:
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998)
Komisaris Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
CEO PT Tidar Kerinci Agung (Perusahaan Produksi Minyak Kelapa Sawit), Jakarta.
CEO PT Nusantara Energy (Migas, Pertambangan, Pertanian, Kehutanan dan Pulp) Jakarta.
CEO PT Jaladri Nusantara (Perusahaan Perikanan) Jakarta.
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (2004-sekarang)
Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (2007–sekarang)
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (2008 – sekarang)
Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (2008 – sekarang)


Ia adalah anak begawan ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo. Berbeda dengan ayahnya, Prabowo memilih karier militer. Di lini itu, Prabowo terbilang bintang. Jabatan terakhirnya adalah Panglima Kostrad. Alumnus Akabri Magelang Angkatan 1974 menjadi sosok termuda yang meraih pangkat Letnan Jenderal, yaitu pada usia 46 tahun.

Sayang, akhir kariernya diwarnai tuduhan keterlibatan dalam kasus penculikan sejumlah aktivis mahasiswa dan LSM. Selain itu, berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta, Prabowo dituduh mendalangi kerusuhan Mei 1998. Namun, ia tak diadili atas kasus tersebut. Tapi, karier militernya mentok. Ia juga dipercaya terlibat konflik internal dengan Jenderal Wiranto.

Setelah meninggalkan karier militer, ia beralih menjadi pengusaha. Kariernya di dunia usaha pun melesat cepat. Selain karena kesungguhan dan kerja keras, ia juga tergolong cepat belajar. Kini, beberapa tahun setelah pensiun, ia telah memimpin armada bisnis di bawah payung Nusantara Group. Wilayah usahanya terentang dari Kalimantan Timur hingga Kazakhstan. Dari kelapa sawit, perikanan, pertanian, bubur kertas (pulp) hingga minyak dan pertambangan.

Belakangan namanya kembali mencuat di panggung politik menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar 2004. Namun, ia kalah suara oleh Wiranto. Tak lama setelah itu, ia terpilih sebagai ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI. Terkait organisasi ini, Prabowo juga gencar meningkatkan pencitraan melalui media massa dalam bentuk iklan layanan masyarakat yang disponsori oleh HKTI. Pada 12 Juli 2008, ia resmi menyatakan diri keluar dari Partai Golkar.

Saat ini, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) telah menjadi mesin politiknya secara resmi. Pada 14 Oktober 2008, dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Jakarta, Prabowo secara resmi dinyatakan sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2009. Ia pun menyatakan kesiapannya.(UPI/dari berbagai sumber)

Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono
03/03/2009 09:15

Tempat Tanggal Lahir:
Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949

Karier:
Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia
Herzegovina (awal November 1995)
Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanada (1996-1998)
Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
Kepala Staf Teritorial ABRI (1998-1999)
Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial
dan Keamanan (1999-2001)
Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (2001-2004)
Presiden RI (tahun 2004- kini)


Susilo Bambang Yudhoyono lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada 9 September 1949 dari pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Setelah dewasa, Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purn.) Sarwo Edhi Wibowo (alm), tokoh yang berperan penting dalam penumpasan Partai Komunis Indonesia pada 1965-1966.

Sebagaimana mertuanya, karier militer Yudhoyono pun cemerlang. Ia, misalnya, pernah dipercaya sebagai Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Jabatan tertingginya di militer adalah Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) dengan pangkat Jenderal.

Ketika era reformasi bergulir, Yudhoyono berpindah panggung. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian, ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai buntut penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.

Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pemerintahan. Saat itu, Yudhoyono berselisih paham dengan Abdurrahman. Maka, ia pun dilengserkan.

Kartu Yudhoyono tak mati sampai di situ. Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Tapi, lagi-lagi karena konflik internal, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Partai Demokrat kemudian mulai menggadang-gadangnya sebagai kandidat presiden dalam pemilu presiden 2004.

Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Pasangan ini ternyata menang.

Yudhoyono merupakan Presiden Republik Indonesia pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, ia dilantik pada 20 Oktober 2004. (OMI/dari berbagai sumber)
Boediono

Boediono
03/03/2009 09:15
Tempat Tanggal Lahir: Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943
Istri: Herawati
Anak: dua orang

Pendidikan:
S1 bachelor of economics (hons), University of Western Australia ( 1967)
S2 master of economics, Monash university, Melbourne, Australia (1972)
S3 dokter ekonomi bisnis, Wharton School University of Pennsylvania, AS, (1979)

Karier:
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM)
Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)
Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter (1997-1998)
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Ketua Bappenas) Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2009)
Gubernur Bank Indonesia (2008-Mei 2009)


Nama Boediono tiba-tiba melejit dan diincar media massa. Bukan karena kiprahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia, tapi karena dia menjadi pilihan calon presiden Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, untuk mendampingi dirinya dalam pilpres mendatang. Tak banyak yang mengenal Boediono, karena pria kelahiran Blitar ini tergolong irit bicara.

Doktor ekonomi bisnis lulusan Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat, ini memang dikenal sebagai ekonom bertangan dingin. Sepak terjang Boediono di dunia politik mulai bersinar saat ia menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Gotong Royong yang saat itu dipimpin oleh mantan Presiden Megawati. Bahkan, majalah Business Week menyatakan Boediono sebagai tokoh yang kompeten di bidangnya saat itu.

Sejak itulah berulang kali Boediono masuk di jajaran kabinet dan terakhir ia menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Banyak pelaku bisnis menilai Boediono orang yang tidak banyak bicara, tetapi banyak bekerja. Mungkin itu pula yang menjadi pertimbangan SBY memilih Boediono.

Bapak dua anak itu dikabarkan sesuai dengan lima kriteria cawapres yang pernah diumumkan SBY sebelumnya, yakni memiliki integritas, kapabilitas, loyal dan tak ada kepentingan, serta bisa diterima masyarakat. Meski demikian, banyak pula pihak yang meragukan kemampuan Boediono. Keraguan ini muncul terutama dari sejumlah partai yang berkoalisi dengan Partai Demokrat, semisal PKS, PKB, PAN dan PPP.

Muhammad Jusuf Kalla

Jusuf Kalla
03/03/2009 09:15

Tempat Tanggal Lahir:
Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942

Karier:
Direktur Utama NV Hadji Kalla Trading Company (1968)
Direktur Utama PT Bumi Karsa (1969)
Direktur Utama PT Bhakti Centra Baru (1975)
Direktur Utama PT Bukaka Teknik Utama (1979)
Direktur Utama PT Bukaka Agro (1980)
Direktur Utama PT Bukaka Meat (1980)
Anggota DPRD Sulawesi Selatan
Anggota DPR RI (1998-1999)
Anggota DPR RI (1999-2004)
Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1999-2000)
Menko Bidang Kesra (2001-2004)
Wakil Presiden RI (2004-sekarang)


Muhamad Jusuf Kalla adalah generasi kedua pemilik perusahaan keluarga kondang di Makassar, Hadji Kalla. Lulus SD di tempat kelahirannya, Watampone, Jusuf lalu melanjutkan pendidikan tingkat lanjutan di Makassar. Ketika saatnya kuliah, ia memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Semasa mahasiswa, ia terlibat dalam berbagai aktivitas kemahasiswaan. Salah satunya, ia pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar, periode 1964-1967.

Setelah lulus kuliah, Jusuf total terjun ke dunia bisnis. Ia memimpin NV Hadji Kalla Trading Company, perusahaan hasil bumi yang diwariskan ayahnya. Saat menerima tongkat estafet tersebut, ia sempat khawatir. Pasalnya, perusahaan yang berdiri sejak 1952 itu tengah diterpa krisis.

Beruntung, tak lama setelah dipimpinnya, perusahaan tersebut memenangkan tender. NV Hadji Kalla -- sebagai agen mobil Toyota di Sulsel -- ditunjuk memasok kendaraan untuk kantor gubernur setempat. Dari sana, ia pun berkembang. Memasuki dekade 1990-an, perusahaan yang dikelolanya itu menguasai lebih dari 50 persen pasaran mobil di wilayah Indonesia bagian Timur.

Pertama kali masuk ke jajaran elit nasional adalah ketika menjadi menteri di masa Abdurrahman Wahid. Saat itu, ia ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Tapi, sekitar setahun kemudian, dia dicopot dari kursi kabinet, bersamaan dengan pencopotan Laksamana Sukardi.

Di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, Kalla kembali terpilih sebagai menteri. Yaitu, sebagai menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pemberantasan Kemiskinan.

Suksesnya selaku Menko Kesra dan Taskin yang patut dicatat adalah keberhasilan mendamaikan pertikaian berbau SARA di Poso dan Maluku, lewat pertemuan Malino I dan II pada 2002.

Kalla lalu mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan kemenangan yang diraih Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, Kalla berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI ke-10. Pada Desember 2004, Kalla menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golongan Karya.(YUS/dari berbagai sumber)

Wiranto

03/03/2009 09:25

Tempat Tanggal Lahir:
Yogyakarta, 4 April 1947

Karier:
Pangdam Jaya (1994-1996)
Panglima Kostrad (1996-1997)
Kepala Staf Angkatan Darat (1997-1998)
Menhankam/Pangab/Panglima TNI (1998-1999)
Menko Polkam (1999-2000)


Nama Wiranto diberikan oleh ibunya yang diambil dari kata Jawa: wira dan anto yang artinya anak yang berani. Sejak kecil ia sudah bercita-cita menjadi tentara. Namanya melejit setelah menjadi Ajudan Presiden Soeharto dan karirnya makin menanjak hingga mencapai jabatan Panglima ABRI (Pangab).

Di era Presiden Habibie, ia menjadi Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam). Pada saat inilah ia melakukan reformasi di tubuh ABRI. Antara lain memisahkan Polri dari ABRI, dan selanjutnya mengubah ABRI menjadi TNI.

Pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, ia diangkat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam), meskipun kemudian dinonaktifkan dan mengundurkan diri. Pengunduran dirinya ini muncul karena adanya rekomendasi Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusi (KPP HAM) Timor Timur mengenai keterlibatan Wiranto atas terjadinya pelanggaran HAM sebelum dan sesudah jajak pendapat di Timor-Timur pada 1999.

Wiranto juga dituding bertanggung jawab atas sejumlah peristiwa 1998, mulai dari penculikan aktivis, peristiwa Mei, dan pengerahan Pengamanan Swakarsa (Pam Swakarsa).

Pada 2004, Wiranto mengikuti Konvensi Partai Golkar untuk pemilihan calon presiden, bersama 4 kandidat lainnya, yaitu Akbar Tandjung, Surya Paloh, Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto. Di putaran pertama, Wiranto maju ke putaran kedua mendampingi Akbar Tandjung. Pada putaran kedua, di luar dugaan, Wiranto menang atas Akbar dan resmi menjadi capres Partai Golkar.

Wiranto kemudian menggandeng adik Gus Dur, Solahuddin Wahid (Gus Solah) sebagai calon wakil presiden. Pada Pemilihan Presiden tahap pertama Juni 2004, Wiranto-Gus Solah berada di urutan ketiga.

Pada 21 Desember 2006, ia mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) dan tampil sebagai ketua umum partai. Hanura lolos verifikasi KPU, maju sebagai kontestan dengan nomor urut 1 dan berlaga dengan 37 partai lain dalam Pemilu 2009 nanti. Kini, suami dari Rugaiya dan ayah tiga anak ini, siap mencalonkan diri kembali menjadi presiden di Pemilu 2009.(TES/dari berbagai sumberx)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar